Archive for Blogroll

Serenely Garden

New BangkumahoniThe nite was over here yet dawn. I’ve tried to walk to find another garden. Another mahogany bench to sit at. Another lonely lake reflecting full moon face and sink my burden. Same purpose with better circumstances. Then I found it here. My new serenely garden.

Waiting For A Space In Earth

Because I believe
That after were gone
The spirit carries on
(Dream Theater, Spirit Carries On)

Behind the cold stiff gray stone, we may expect nothing than we are being very useless. Would we suffer our self for thousand of thought if we’ve already lied paralyzed in graveyard?

I’ll be alrite then, don’t worry bout me.
I hope life is going reverse.

Time is remaining nothing except several nodes. Life is too short. Path we’ve taken, direction we’ve chosen, if u’re growing old u will remember the entire things behind u instead of what laying ahead.

Death is the beginning. The road to eternity. Realize however it is a loyal and serious friend who stays to remind us.

Nowaday, when the crowd and thousand of colors has trap u in insanity, have u ever thinking how u will be so lonely then?

Yeah, but without a beginning, an end is nothing.
And life is go on and everything is so waste.

… continue reading this entry.

Episode 4 : Selepas Jingking Berlarian

Kemarin malam aku menyisir pantai. Bersua dengan pasir dan bercinta dengan angin laut. Bulan hanya purnama & masih mengirimkan cahayanya. Supaya ada sedikit terang. Agar hadir bayang-bayang.

Ah, kenapa? Ombak masih saja seperti dulu. Mampu menghanyutkan hal-hal yang sentimentil. Tapi aku tahu, ia sebenarnya perkasa dalam heningnya.

Senja tadi, jingking berlari bersama bunga rumput grinting melesut di pasir putih selepas seorang anak kecil mengejarnya untuk dipersembahkan pada ayahnya yang tengah duduk di bawah gubug melihat laut mengecap-kecap masa mudanya yang begitu cepat larut.

Dan aku juga menjagakanmu saat ini. Karena aku sedang sakit. Aku dalam lemah. Aku butuh membayangkanmu melabuhkan semua rasaku ke tengah samudera. Jujur, ini lebih dari sekedar menghibur. Ini menguatkan.

Pada suatu waktu aku ingin membayangkan jingking yang dikejar anak kecil berlarian di atas pasir agar ia dapat mempersembahkan mimpi pada ayahnya yang menunggunya di bawah gubug pada suatu senja ketika aku melaut nanti.

Rupanya Dapat Kaos Jogja

Tadi pagi sebuah sms mampir ke hp. Bunyinya “Met pagi Mas Agung..Saya.. dari YogYES.COM. Selamat Mas mendapatkan kaos dr Tour de Djokdja. Saya ingin mengkonfirmasi..bla.bla…”.  Alhamdulillah, baru pertama ini dapat rejeki dari inet. Iseng-iseng pasang banner YogYES.com sekalean support Jogja, berhadiah pula.  Seneng aja.

Akhir2 ini saya sedang mecari tautan yang bertemakan Jogja. Ini beberapa diantaranya :

Kategori portal  :

Kategori Blog/Komunitas :

Dari Wiki

Anyway, saya berencana pulang pertengahan bulan ini. Pas ada Sekaten lagi (trus ngapain..). Ada temen nikahan juga di Bantul. Pokoknya Jogja emang ngangeni.

Episode 3 : Sebuah Kali

Pada pagi seperti ini
Semoga jernih aku bersiut menuruni bukit
melompat di antara batu-batu kali
yang licinnya memantulkan sesuatu
resah yang terperangkap jeram dan keramba
dalam singup dingin

Nelayan yang semalam menyalakan api
cahyanya yang keemasan berkejap menari-nari
melewati kontur tepi beranda
tempat kau mencari ikan duyung
dan menyebut nama-nama
dalam igau kau menjelma doa

Dan pagi yang dingin seperti ini
kali akan terus mengalirkan bibit mimpi
dan kabut akan menyergapmu perlahan
hingga kau tak tahu apakah arus surut ataukah pasang
atau apakah nelayan itu masih berdiri
atau padam

Sedang aku melompat dari batu ke batu
sedang aku memanggul dingin yang sangat
sedang risik arus menderau ke barat
menghablur menyamarkan tangisku

The Art of Apprehensive

Pain is inevitable, but suffer is an option

In the end of the year, i experienced several things which is not good thing actually. But i still had a good thought to God. Like in college, it was my final semester exam. The different is u can’t cheat.

First, i had a tootache in the first last week. Due my indolent for brushing my teeth regularly, i’d got a big hole at my rear molar. I meant : a great hole with a great pain. My nerve was rocked. If u had to choose whether u had a tootache or a broken heart then i will chuz the last.
My plan was had a dentist examine it after i arrived in Jogja, since I planned to go home in the end of the year. The only reason was it is cheaper while in my hometown. Jakarta isn’t a friendly city for sick people. So i chose to stay and bear all the pain and fasting during the week. Ate cereal and corn flakes instead of rice.

Second, I went home with economic class train. It was my ‘proyek iseng-iseng’ to try it. According to Nita and Masri experiences, it was quite OK (in capitalized letter) for riding the economic train. And it was far cheaper from regular ticket. And it was suitable for me for forgetting my pain. But they didn’t mention of ‘exception moment’ like New Year Eve combined with Idul Adha. I can’t tell u what exactly happened inside there due to the very tragical time i had. U can imagine that for now i still traumatic for riding economic train again… yet. The bright side was i know my resistance is. Like stood with no space for enough movement for about 8 hours! Then i know my limit. Hell yeah…!

It was several events i’ve enjoyed during my last year ceremony. And when i came back to Jakarta i did my revenge : I used flight! Actually, i want an executive class train but it sold out. Everybody went back to Jakarta, although i already took a leave.  And it’s not the end of the story. Flight was not a good choice. First i booked Lion Air, but the girl  at next line moved me to another flight line. It was Adam Air. Yeah, the flight which has crashed in Jan 1st and the next day i would flight with it. At that time i didn’t feel anything, coz i neither read news paper nor watch TV. Then i knew it in the day i would doing my flight. I flew with thousand of worries in my mind. But, thanx God i’d arrived in Jakarta safely then.

In this hopefully new year i hope i can learn wisely from my past experiences.

Episode 2 : Episode Baru

Di antara tahun buruk dan maya
Saya mencoba mengenalinya

Senja Wangi Lembayung

Pagi ini saya lembur. Deadline kerjaan menuntut saya terus berjalan. Dan senja tadi indah sekali. Melihat ke barat, kok saya jadi terharu *berkaca-kaca*. Jakarta minggu terakhir ini seperti disekap kelambu kelabu. Musim yang letih. Tapi, senja tadi bersemburat lembayung. Saya bersyukur sekali karena aura itu mengantarkan saya beristirahat sejenak dari tekanan yang mengkungkung.

Semalam saya nonton Jiffest. Vero screening film documenternya Death in Jakarta. Trus tidur jam setengah 2 pagi. Lalu bangun jam 10 pagi, aduhh! Saya telat ngantor! Tapi syukurlah teman-teman kantor adalah kumpulan orang baik hati dan cukup toleransi. Dan jadinya sekarang saya terus berjalan mengejar deadline. Sabtu dan Minggu ini terpaksa tak ada jalan-jalan. Pagi ini saya masih bercinta dengan kompi. Tapi senja tadi bening sekali.
Saya menghirupnya dalam-dalam. Seperti aroma kopi. Wangi.

Remembrance is A Gift

Then i can deal with one of bitter faith : the worse thing in ur life is when u dont know who u are.

[2004] Jogja. It was a busy and tiring day. Several events had to be arranged, managed and run in successfully and efficiently. We were used not to let a tiny single thing is unpredictable. Surely, we so tired. It’s only spirit and a bunch of adrenalin which made us still moved on and on. In the frame of professionality, we push our limit … ^^

It was a dark day. And she gone to home late nite. And the road was dark and far away. Her home was far enough from our office. Then it happened. She got an accident on the way she back home. She was hit by a drunken motorcycle rider. The rider whose doesnt know how to differentiate where is right or left and what is life and death. Seems very unfair, but God has plans.

She had comma for several dayz and had to be nursed in hospital for weekz. She looked so fragile and pale and thin. Then I knew something, she got an amnesia due for great shocked head at the accident. She couldnt remember anything. Can u imagine : who am I? The drunken rider was asking for friend for forgetting his troubles. But she didnt want it at all. Hail Drunker, go to hell w/ urself, dont asking others!

It was a gloomiest moment in her life. Time was running slowly and cruely. She couldnt remember her name, her parents, her friends, where her home was. She forgot name of trees and flower, name of colours and taste, and everything of her nice and pain past. Everything vanished.

… continue reading this entry.

Episode 1 : Percakapan di Sebuah Lembah yang Kau Datangi Pagi Tadi

Sebuah HP berbunyi.

“Halo, Tuhan?”

Suara yang lembut.

“Maaf saya nggak bisa.”

Tertawa kecil.

“Tapi begitu senggang akan saya sempatkan kok…”

“Ya, benar. Akan saya sempatkan buat senggang.”

“Saya benar2. Benar2 saya tidak bisa.”

“Sekarang, saya nggak….”

“Apa?…putus-putus…”

“Ya.. gimana .. halo..nggak jelas.. sinyalnya lagi nggak bagus..”

Suara di seberang memanggil…

“Halo…halooo… apa? Putus-putus…!!”

Suara di seberang memanggil-manggil.

Sebuah tombol warna merah yang ditekan.

Telepon usai.

Saya menggigil.

Suara di dalam

memanggil-manggil.

« Previous entries