Archive for Technology

Freedom of Information

Antena dari kaleng Khong Guan

“Freedom is taken. Freedom is never given”
Wolfgang Coy

Setelah papah Onno berdarah2 memperjuangkannya bersama seluruh rakyat telko dan non telko selama 12 tahun akhirnya ‘tapis’ pemerintah tembus juga. Mulai Januari 2007, frekuensi 2,4 GHz bisa bebas lisensi ! (baca Kompas). Asal tahu aja, nih frekuensi sejak bertahun2 yg lalu ‘dicuri berjamaah’ oleh rakyat utk warnet (yg wireless), RTRW net, dll. Onno dan kawan2 memprakarsai berdirinya RebelNet untuk menyediakan akses internet murah meriah ke lebih dari 1500 sekolah, 2000 cybercafe dan 2500 outdoor WiFi “hotspot” arena. Makanya, kang Dulah bisa browsing 5000 perak perjam di warnet.

Semua orang, entah di desa atau kota, berhak untuk mengakses informasi sebanyak2nya.

Alih2 melobi pemerintah yg birokrasinya seperti labirin tak berujung, mereka berjuang bergerilya dengan caranya sendiri :

  • Menyediakan akses pengetahuan untuk komunitas, baik secara copyleft dan copywrong
  • Pertumbuhan komunitas
  • Membuat infrastruktur
  • Melatih generasi muda untuk melakukan “pemberontakan radio” (lewat sebuah foto tentang anak sekolah yang bikin tower radio, misalnya) untuk membuat wacana publik
  • Mendirikan antena swadaya

Sekali lagi, semua ini dilakukan swadaya, tanpa bantuan IMF, WB, GoI dan ADB. Sebaliknya pemerintah menggunakan isu ini untk mengemis ke pihak donor. Whateverlah! Dengan cara-cara mandiri kaya gitu, kita bisa jadi kuat. Dan efeknya nanti bisa menekan pemerintah.

Hanya di negeri ini, frekuensi harus mengalami revolusi. Semua harus berjuang ‘merebut’-nya dari pemerintah. Lha wong, informasi itu hak setiap orang. Informasi yang luas itu adalah kemerdekaan. Saya pun berandai2… nanti para petani bisa ber’googling’ ria dari sebuah gubug tepi sawah untuk mencari metode apa yang terampuh untuk membasmi hama. Sambil mengirim email ke istrinya di rumah untuk menyiapkan makan siang..

Namun, apalah daya tanpa dukungan semua pihak termasuk infrastruktur. Okelah, mungkin antena bisa pake wajan, kaleng khong guan ato panci. Tapi workstation-nya yg memadai masih cukup mahal juga. Tapi ini bukan hambatan, justru menantang untuk dipecahkan. Internet murah, kenapa tidak?!

Tapi perjuangan belum selesai. Masih ada frekuensi yang masih terpenjara. Misi selanjutnya : delicense frekuensi 5.2 Ghz dan 5.8 Ghz !!. Frekuensi ini bisa dimanfaatkan untuk jalur backbone, antar ISP barangkali. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Indonesian Wireless LAN Internet Community silahkan gabung di milist : indoWLI@yahoogroups.com. Never ending strugling, guyz!!