Surat Buat Pak Gubernur

Saya terbiasa menggunakan fasilitas trotoar selama ini di Jakarta. Entah kenapa kok rasa-rasanya trotoar di sini tidak user friendly. Usabililty yang buruk. Sejujurnya saya seneng jalan kaki secara saya males berolahraga. Jadi aktifitas yang satu ini dapat dikatakan ‘sambil menyelam minum air’. Namun kok fasilitas buat para pejalan kaki kayaknya nggak digarap serius. Saya bayangkan Jepang ato NY yang trotoarnya nyaman buat para pejalan kaki. Hal ini secara tidak langsung juga akan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi (eh, betul nggak sih).

Saya sebenarnya sudah lama pengen kirim surat masukan ke Bang Yos apa Pemprov DKI tentang pengalaman saya sebagai pejalan kaki dan penghuni a.k.a pendatang di kota besar Jakarta ini. Finally, kemaren nulis juga surat ke Bang Yos via website. Ini saya copy-paste dari postingan saya.

Bang Yos, yang terhormat.
Selama ini saya pergi/pulang kantor memanfaatkan fasilitas bus dan sering berjalan di trotoar sekitar di Jl, MT Haryono, Jl. Gatot Subroto, Jl. Jend Sudirman.
Saat saya melintas di sana, ada beberapa ketidaknyamanan yang saya rasakan, yaitu :
1. Sepanjang trotoar Jl. Sudirman (dan Thamrin) saya jarang sekali (atau bahkan tidak ada) menemukan tempat sampah. Saya rasa ini sangat penting karena Jakarta baru saja mengalami banjir dengan sampah adalah salah satu penyebabnya. Mohon disediakan tempat sampah seperlunya.
2. Di trotoar Jl. MT Haryono, khususnya di sebelah selatan (mulai sekitar Bank Bukopin), ketika sehabis hujan maka trotoar tsb menjadi sangat becek oleh tanah merah di sebelahnya. Ditambah lagi dengan bekas-bekas galian kabel yang tidak dirapikan kembali. Hal seperti ini juga terjadi hingga di depan Plaza Aldiron. Sehingga para pejalan kaki memilih untuk tidak berjalan di atas trotoar namun di jalan aspal. Mohon agar tanah di sebelah trotoar dibenahi agar tidak mengototi trotoar khususnya ketika hujan turun.

Terima kasih atas perhatian dan tindak lanjutnya.

Maksimal surat kepada Beliau dibatasi hingga 1500 char. Padahal masih ada beberapa hal yang masih ingin saya garis bawahi – masih seputaran trotoar Jl. Jend. Sudirman *maaf, kantor saya di situ*. Meski kurang begitu penting. Misalnya :

  • Implementasi disain dari trotoar di Jend. Sudirman yang terbaru. Dari awal saya sudah nggak sreg. Modelnya adalah lembaran beton yang segede gaban, mungkin 3x3m tanpa garis anti selip di dalamnya, dicat merah, kemudian dibingkai oleh stone block yang kacangan. Dipasang juga keramik warna kuning pada tiap pintu gerbang tiap gedung di jalan tersebut. Hasilnya adalah : licin dan tergenang air saat dan pasca hujan, stone block yang sudah pada lepas entah kemana (padahal baru berumur sekitar 2 bulan), dan keramik yang meskipun ‘bergigi’ ternyata tetap licin juga. Apakah mereka tidak mengujinya sebelumnya. Atau kontraktornya yang korup. Padahal trotoar di depan gerbang masuk senayan, samping lap. softball lumayan bagus. Paling tidak betonnya bergaris-garis sehingga tidak licin.
    Seharusnya Jakarta berkaca pada disain trotoar di Bandung di jalan Dago arah BI. Model dan implementasinya bagus. Bahannya dari keramik namun anti licin. Konon mereka membangunnya gara-gara KAA dulu di Bandung. Dan pasti tidak murah. Namun saya yakin Jakarta lebih mampu dari kota Bandung untuk membuat disain trotoar yang lebih bagus, nyaman dan bersahabat.
  • Beberapa ruas Jl. Jend Sudirman, seperti depan BEJ masih ‘telanjang’. Trotoarnya dibiarkan tidak terbangun dan masih berbentuk semenan tak jelas seperti sisa-sisa material aja yang diguyurkan. Padahal trotoar ini di depan sebuah gedung yang isinya tak lain adalah uang dan teman2nya. Juga di ruas seberang Gedung Dep. Pendidikan. Lebih parah lagi karena trotoar masih berupa tanah yang banyak bekas galian. Kalo hujan, silahkan tebak sendiri. Gedung boleh tinggi. Karyawan boleh necis dan rapi. Tapi khan tidak semua orang punya kendaraan. Sebagian kami masih jalan kaki jeh. Apa kurang duit Bang?

Jakarta tak lain habitat hidup banyak orang. Semoga aja kota ini semakin mempertimbangkan kebutuhan semua penghuninya. Jangan hanya buat sebagian kecil saja.

Dan barangkali esok kita bisa berjalan kaki di trotoar Jakarta sambil memandangi senja.

1 Comment »

  1. redskin Said:

    Setuju banget, disain trotoar di jl. sudirman yang sekrang selain licin , mutunya rendah. juga :
    1. tidak ramah lingkungan. (air tidak meresap ke tanah)
    2. cepat kusam. (belom berapa bulan sudah kotor kena tanah dsb)
    3. tidak ramah ke pengendara sepeda. (atau di jakarta sepeda harus di jalan bertarung melawan motor, bus, kopaja dan kend. pribadi ya?) karena tidak ada gradien ke jalan aspal pada persilangan.
    4. sekarng di persilangan keluar/masuk gedung ditambah dg portal untuk melindungi pejalan kaki maksudnya.. tp kadang2 absurd.. dipasangnya di belakang tiang busway.

    /redskin


{ RSS feed for comments on this post} · { TrackBack URI }

Leave a comment