Si Nikon di Bandung

Dago Plaza Malam hari

Sabtu pagi kemaren saya menemani temen ‘sekamar’ saya, Owi, jalan ke Bandung. Dia mau beli tele 18/200 VR.

Malam sebelumnya, kami berencana berangkat jam 5-an, tapi kami ternyata molor. Yah, jadinya bangun jam 6.10 dan setelah serangkaian ritual, berangkatlah kami jam 7.10. Sampai Jatinegara jam 7.45, langsung beli tiket Parahyangan. Sekilas melihat jadwal, ada pemberangkatan pukul 7.52, brarti sekitar 10 menit lagi. Aha..pas skali! Tiket dibeli dan kami pun bersiap di ruang tunggu. Ternyata, setelah tiket dicek lagi jamnya, Wax!! kami berangkat jam 8.45!! Duh! Nunggu setengah jam lagi, kami-pun makan soto di depan stasiun. Secara sekarang para kaki lima kena gusur (pdhl ada soto yg enak, kata Owi), kami makan seadanya aja. Dan tetap Soto. Tapi Soto Surabaya (saya heran, semua daerah punya soto ternyata).

Kereta berangkat tepat waktu. Setelah dianiaya kantuk di dalamnya, kamipun sampai di Bandung pukul 11.30. Begitu turun, kami pun diterima dengan ramah : disapa sejuknya udara. Wah2… kami langsung mengutuk2 Jakarta. Karena kita tiba lebih cepat dari jadwal ketemuan (ketemuan dengan siapa? nanti saya cerita), kita jalan2 dulu ke BIP. Yah, gitu deh. Godaan langsung menyeruak dari segala penjuru :P.

Begitu jam 12.15, kita meluncur ke McD Dago atas (itu hanya meeting point aja, dan nggak beli. I guaranted!). Eh, sory blum cerita. Kemarennya Owi menang auction di fotografer.net. Ada yg jual lensa idamannya : Nikkor 18/200 VR. Maksudnya mo iseng2 aja, ia pasang harga. Eh, nggak tahunya menang. Dan karena sebuah harga diri (di forografer.net, kepercayaan itu modal dasar) maka ia harus teruskan transaksi. Dan karena yg jual orang Bandung, maka pergilah dia (saya kena efek sampingnya) ke sana.

Orangnya (Bapak X) ternyata udah bapak2, dan seems to be a photofreak maniac either. Kita transaksi di dalam McD dan setelah usai (ga beli lho) kita pergi ke atm BCA dianterin dia. Transfer sesuai kesepakatan dan mission accomplished. Tapi Owi pingin hunting foto sekalean. Dan aku pingin makan siomay. Secara kita dah jauh2 ke sini. Tapi lensa ini belum ada filter UV, jadinya kita hunting filternya dulu.

Pertama ke Bandung Electronic City (BEC) di belakang Gramedia. Mall khusus barang2 elektronik ini tergolong cukup lengkap. Namun, setelah diubek2 ternyata pada nggak punya filter. Lensa ini tergolong high class dan langka, jadi ya maklum. Duh, salah siapa punya tele bagus2. Dan ini udah jam 3-an, perut udah nggak ramah. Lalu, kita makan di food point lantai teratas. Lumayan, pas ada even “Lomba Mirip Seleb’. Ampun dah, nggak ada mirip2nya sama sekali! Lucu aja. Kecuali seorang peserta cowok yang keren n cool ( dia mengaku mirip Aji Masaid), dan I think he quite similar (lho kok co ?!)

Balik lagi rencana cari filter, kita jalan ke Braga, naik angkot lagi, jalan arah Braga City Walk, dan sebelumnya persis ada “Kamal Foto”. Kita dikasih tahu si Bapak X tadi. Tempat ini kayaknya pusat kamera dan aksesoris di Bandung. Lengkap dan murah. Dapet juga akhirnya si filter. Dan hunting berikutnya bisa dijalankan : Siomay dan Foto.

Si siomay ini berdasarkan narasumber temennya Owi berada di Cisangkuy belakang gedung sate. Aha! Beruntungnya kami, pas skalian pengen foto2 di gedung tersohor itu. Nyampe di lapangan Gasibu, ternyata ada event besar di sana. Namanya ‘Kemilau Nusantara’. Sebuah event nasional yang menampilkan seluruh adat dan pesona daerah2 di Indonesia. Ini keberuntungan yang kedua. Tele baru bisa langsung dicoba. Setelah foto2 session kita jalan cari siomay.

Cerita berikutnya bukan keberuntungan kami lagi. Si Siomay Cisangkuy (deket Yoghurt Cisangkuy) ini kami cari dengan berdarah2 dan sangat melelahkan. Jalan kaki ke sana kemari nggak ketemu. Harga diri kami pertaruhkan. Katanya belakang Gedung Sate, tapi ‘belakangnya’ itu ternyata tidak sesimple yang dibayangkan. Kami mencari selama sejam lebih dan ternyata ketemu juga! Tempat itu terselip di belakang sebuah taman (dan deket sekali dengen gedung sate..hix) yang bernama taman Lanjut Usia (Lansia) . Entah apa maksudnya. Tapi yg menggelitik adalah taman itu dikelola oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Bandung. Lha! Sejak kapan mengelola taman itu disamakan dengan merawat kuburan. Oke, orang mati memang ditanam, tapi khan tidak sama dengan pohon. Barangkali karena bisa jadi pupuk.. Tapi khan bukan buat itu.

Yang membuatnya benar-benar bukan sebuah keberuntungan adalah warung Siomay itu ternyata sudah tutup. Karena mungkin kelarisan dan udah habis maka ia tutup sebelum jam 20.00. Waktu kami tiba. Untuk mengobati kekecewaan, jadilah kami makan di warung Yoghurt belakangnya. Lumayanlah, es durian dan yoghurt mocca cukup menghibur perasaan.

Setelah makan, ke lapangan Gasibu lagi, hunting lagi. Nama baik lensa ini dipertaruhkan saat malam hari. Dan hasilnya tidak mengecewakan. Lanjut, kita naek angkot ke Dago. Di sana penuh dengan anak muda generasi sekarang bersuka cita. Bandung kota yang nggak pernah mati. Next, kita ke Braga yang hingar bingar. Saya tidak suka sebenarnya. Dan kami kelelahan. Kami memutuskan pulang saja sekitar jam 1.30. Kami jalan kaki ke arah stasiun Bandung, n untungnya msh ada angkot lewat. Finally, kami menginap di stasiun sampai kereta pertama ke Jakarta ada. Dan itu brarti menunggu hingga pukul 5.00. (Hari Minggu kereta pertama jam 4.00).

Bandung malam hari adalah begitu dingin.

That’s will be all :).

5 Comments »

  1. Mantaf bro….hehehe…
    pokoke berkesan banget…
    kesan pertama produk Bandung emang top abis….mung….tetep wae ra wani kenalan 😀
    pesan : masalah harga diri memang susah kok bro…hehehehe….

  2. Klanjabrik Said:

    nang Bandung isine mung temon ayu karo ayu banget, bar soko Bandung langsung pijet leher sirah…hehehehhe

  3. bangkumahoni Said:

    Kenapa ya kok bisa gitu? Padahal makannya juga sama2 nasi. Barangkali karena udaranya yg dingin melindungi kulit dari paparan sinar UV ditambah struktur gen yang bagus (pliz deh ah apaan sih…)

  4. tukangKoding Said:

    ngiler lensanya huahuahua

    sok atuh kadiyek lagi :p

  5. bangkumahoni Said:

    Wah, namanya juga tele idaman.. :p carinya juga ampe ngiler2
    Nuwun, kapan2 kula mrika maleh…


{ RSS feed for comments on this post} · { TrackBack URI }

Leave a comment